Rabu, 08 Januari 2014

Gadis bersepatu merah dan bunga berduri

Gadis bersepatu merah itu kehilangan arah hidupnya ketika hatinya berubah menjadi duri yang terus menyakitinya. Kisah ini berawal dari seorang gadis muda yang pemalu. Ia adalah gadis yang setidaknya selalu dinilai berhasil disetiap apa yang dia lakukan, hidupnya tak pernah berada diroda bawah kehidupan. Ia selalu menebar senyum dengan wajah polosnya. Hingga akhirnya tiba saatnya untuk memulai hidup mandirinya, terpisah dari semua yang selama ini ingin sejenak dia tinggalkan. Dia mendapatkan kesempatan itu.


Kesempatan itu memberinya pengalaman baru, dimana dia mendapat sebuah teman...bukan sekedar teman, namun seseorang yang mampu membuat jiwanya menjadi lebih berwarna, petualangan baru dan melihat apa yang disebut dunia oleh orang-orang dewasa dengan lebih dekat. Teman barunya menjadi bunga dalam hati gadis bersepatu merah itu. Kemana dia melangkah bunga itu mengikutinya. Namun bunga yang indah tak selamanya mekar dengan indah, perlahan bunga itu menjadi layu dan mulai berguguran karena pada kenyataannya bunga indah itu tak mampu hanya tumbuh pada satu hati gadis saja. Semakin erat gadis itu mempertahankan pegangannya, mempertahankan agar bunga itu tetap tumbuh dan menjadi teman terbaikknya, semakin banyak pula kelopak bunga yang berguguran hingga yang tertinggal hanyalah sebuah batang layu. 


Kesetiaan gadis itu tak kunjung padam, ia hanya tidak ingin berpaling dan terus merawat apa yang sebelumnya pernah ada. Dengan kesederhanaannya dia menumbuhkan kembali batang itu, namun yang tumbuh hanyalah batang berduri yang tanpa dia rasakan makin hari duri itu makin menusuk jiwanya. Saat dia tersadar dan menyadari darah tengah menetes dari tusukan duri itu, tersentak apa yang sebelumnya dia sebut sebagai kesetiaan kini ia pertimbangkan. Melihat luka yang ia dapatkan dan keceriaan hidupnya yang kini hanya terpaku pada sebuah duri. Sang gadis tertegun dan menoleh kebelakang perjalanannya. Yang terlihat hanya bayangan, dia tak menemukan dirinya. Dia mencari kembali kemana jalan yang seharusnya dia tempuh, namun ia hanya berjalan pada arah yang sama. Semakin dia mencari semakin banyak jalan buntu. Dan satu-satunya yang tersisa saat ini adalah senyum yang perlahan ia tumbuhkan. Senyum itu yang akan menunjukkan jalan kepadanya.

                                                                                                                           -A.D-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar