Gadis bersepatu
merah itu kehilangan arah hidupnya ketika hatinya berubah menjadi duri yang
terus menyakitinya. Kisah ini berawal dari seorang gadis muda yang pemalu. Ia
adalah gadis yang setidaknya selalu dinilai berhasil disetiap apa yang dia
lakukan, hidupnya tak pernah berada diroda bawah kehidupan. Ia selalu menebar
senyum dengan wajah polosnya. Hingga akhirnya tiba saatnya untuk memulai hidup
mandirinya, terpisah dari semua yang selama ini ingin sejenak dia tinggalkan.
Dia mendapatkan kesempatan itu.
Kesempatan itu
memberinya pengalaman baru, dimana dia mendapat sebuah teman...bukan sekedar
teman, namun seseorang yang mampu membuat jiwanya menjadi lebih berwarna,
petualangan baru dan melihat apa yang disebut dunia oleh orang-orang dewasa
dengan lebih dekat. Teman barunya menjadi bunga dalam hati gadis bersepatu
merah itu. Kemana dia melangkah bunga itu mengikutinya. Namun bunga yang indah
tak selamanya mekar dengan indah, perlahan bunga itu menjadi layu dan mulai
berguguran karena pada kenyataannya bunga indah itu tak mampu hanya tumbuh pada
satu hati gadis saja. Semakin erat gadis itu mempertahankan pegangannya,
mempertahankan agar bunga itu tetap tumbuh dan menjadi teman terbaikknya,
semakin banyak pula kelopak bunga yang berguguran hingga yang tertinggal
hanyalah sebuah batang layu.
Kesetiaan gadis itu
tak kunjung padam, ia hanya tidak ingin berpaling dan terus merawat apa yang
sebelumnya pernah ada. Dengan kesederhanaannya dia menumbuhkan kembali batang
itu, namun yang tumbuh hanyalah batang berduri yang tanpa dia rasakan makin
hari duri itu makin menusuk jiwanya. Saat dia tersadar dan menyadari darah
tengah menetes dari tusukan duri itu, tersentak apa yang sebelumnya dia sebut
sebagai kesetiaan kini ia pertimbangkan. Melihat luka yang ia dapatkan dan
keceriaan hidupnya yang kini hanya terpaku pada sebuah duri. Sang gadis
tertegun dan menoleh kebelakang perjalanannya. Yang terlihat hanya bayangan,
dia tak menemukan dirinya. Dia mencari kembali kemana jalan yang seharusnya dia
tempuh, namun ia hanya berjalan pada arah yang sama. Semakin dia mencari
semakin banyak jalan buntu. Dan satu-satunya yang tersisa saat ini adalah
senyum yang perlahan ia tumbuhkan. Senyum itu yang akan menunjukkan jalan
kepadanya.
-A.D-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar